Pertemuan Kembali
Hai selamat bertemu,
lagi..
Aku sudah lama
menghindarimu,
Sialku lah kau ada
disini,
Sungguh tak mudah
bagiku, rasanya tak ingin bernafas lagi.
“Bila” suara itu, suara yang sangat
aku rindukan, suara yang dulu sangat aku sukai, suara yang selama beberapa
tahun ini berusaha aku lupakan.
“Aldi?” Aldi, lebih tepatnya Alvaro
Maldini yang lebih akrab dipanggil Aldi. Cowok tinggi, berkulit sawo matang,
mempunyai mata sipit, hidung mancung, dan rambut yang menutupi sebelah matanya.
“Hai, apa kabar?”
“Baik, kamu? Eh maksud gue lo?”
“Gue juga baik kok.” Kata dia sambil
tersenyum menatapku. Ya Tuhan, aku benci keadaan seperti ini, keadaan dimana
aku merasakan rasa panas diseluruh tubuhku, keadaan dimana jantungku terasa
berdetak lebih cepat dari tempo yang sewajarnya.
Aku menunduk, tidak berani menatap
kearahnya.
Hening.
‘What would you
do if my heart was torn in two’.
Tiba-tiba ringtone handphoneku
berdering, aku meminta ijin kepada Aldi untuk menganggkat panggilan itu, dan
Aldi mengangguk. Aku berdiri agak jauh dari tempat aku dan Aldi berada.
“Halo, iya le, iya ini juga mau
pulang kok, oke, bye.”
Ternyata panggilan itu dari Ale, adik
lelakiku satu-satunya, dia menyuruhku untuk segera pulang karena ini sudah
larut malam. Memang aku tidak boleh pulang lebih dari jam 10 malam, selain
karena aku seorang perempuan, juga karena memang sudah peraturan dirumah untuk
tidak pulang lebih dari jam 10 malam bahkan peraturan itu juga berlaku untuk
Ale.
Selesai menerima telepon, aku segera
berjalan kembali menghampiri Aldi yang kulihat sedang asyik memainkan handphone
miliknya. Aku menepuk pelan bahunya, dia menoleh dan tersenyum.
“Eh udah selesai teleponnya?”
“Udah kok. Em di, maaf gue harus
pulang sekarang lo tau kan kalo gue gak boleh pulang lebih dari jam 10 malam”
“Iya gak papa, gue ngerti kok, mau
gue anter pulang?”
“Gak usah, gue bisa pulang naik taksi
kok, lagi pula acara reuni SMA kita ini masih lama selesainya, lo pasti juga
masih kangen kan sama temen-temen kita”
“Iya sih, tapi gue gak mau biarin lo
pulang sendiri, pamali loh cewek malam-malam pulang sendiri, gue anter ya?
please” dia berbicara dengan wajah yang memohon. Duh, lucu sekali wajahnya jika
sedang memohon seperti itu, ingin rasanya aku mencubit pipinya yang sekarang
terlihat tembem itu.
Karena tidak mempunyai alasan yang
tepat akhirnya aku menyetujui ajakan Aldi untuk mengantarku pulang. Setelah aku
dan Aldi berpamitan sama teman-teman kita yang lain, kita pulang. Selama
perjalanan, suasana dimobil sangat hening, aku lebih banyak melihat jalanan
yang kita lewati melalui jendela dan Aldi fokus mengemudikan mobil. Aku tidak
menyangkal jika sesekali aku mencuri pandang kearahnya dan aku rasa dia juga
seperti itu dan bahkan terkadang pandangan kita bertemu lalu kita saling
melempar senyum.
“Thanks ya Al, buat tumpangannya”
ujarku sambil ingin membuka pintu, tapi tiba-tiba Aldi menahan lenganku, aku
menoleh dan menatap sebentar lenganku yang dipegang Aldi lalu menepisnya dengan
halus.
“Eh maaf, gue cuman mau ngomong,
besok mau nemenin gue ke pantai gak?” katanya sambil menatap dalam mataku.
Aku hanya bisa menganggukkan kepalaku
dan langsung terburu-buru turun dari mobilnya karna aku tidak mau Aldi
memergoki pipiku yang sedang memerah.
“Gue jemput jam 9 yaa..” lanjutnya
lagi.
***
Sudah dari setengah jam yang lalu aku
mematut diri didepan kaca, berganti-ganti pakaian untuk menemukan baju apa yang
pantas aku kenakan untuk pergi bersama Aldi nanti. Akhirnya pilihanku jatuh
pada kaos lengan panjang hijau bergambar keroppi dengan celana jeans hitam dan
tas selempang berwarna hijau tua. Tidak lama setelah aku selesai bersiap-siap,
bunyi klakson dari mobil Aldi terdengar, aku segera berpamitan dengan kedua
orang tuaku dan langsung keluar rumah menemui Aldi. Kali ini dia memakai kaos
hitam yang dipadukan dengan kemeja kotak-kotak hitam putih dan celana jeans
pendek. Sangat ganteng. Selama perjalanan, kita hanya saling diam, aku hanya
sibuk untuk mengontrol detak jantungku yang semakin tidak karuan jika sedang berada
disampingnya seperti saat ini. Sekitar satu jam perjalanan akhirnya kita
sampai. Hhh.. sangat indah sekali pemandangannya, air laut yang bergradasi dari
biru tua sampai biru muda, pasir putih yang lembut, pohon kelapa yang menjulang
tinggi membuat pemandangan semakin indah serta suasana yang sepi sangat
menenangkan hati.
Aku dan Aldi duduk dipinggir pantai,
kita berkutat dengan pikiran masing-masing. Sampai akhirnya Aldi memulai
pembicaraan.
“Bil”
“Ya?”
“Gimana kamu suka gak tempat ini?”
tanyanya tanpa menoleh kearahku.
Ka-mu? Tubuhku serasa kaku mendengar
satu kata itu, kata yang dulu sering kita gunakan saat berpacaran.
“Ka-mu?” ujarku menoleh kearahnya
yang sebelumnya aku juga tidak melihat kearahnya.
“Iya kamu, gak papa kan kalau kita
pake aku-kamu lagi?” katanya sambil menoleh kearahku dan tersenyum manis
sekali.
“I-iya gak pa-pa kok” ujarku gugup
sambil segera mengalihkan pandanganku dari dia.
“Aku kangen kamu Bil” ucap Aldi tanpa
menoleh kearahku. Aku menoleh dengan cepat kearahnya.
Deg. Apa maksud ucapan dia barusan?
Kangen? Kangen dalam artian teman, sahabat, atau seseorang yang sedang
merindukan mantannya?
“Mak-sud kamu?” ucapku gugup karena
detak jantungku yang semakin tidak karuan ini.
“Ya aku kangen kamu, kangen
kebersamaan kita dulu, kangen kenangan yang kita buat bersama dulu, aku kangen
kamu” ujarnya lirih dan masih menatap lurus ke arah air laut yang lepas.
Aku menunduk, menahan kristal putih
dimataku yang akan langsung jatuh hanya dengan satu kedipan saja. Jangan nangis
Bil, Bila kuat kok, hiburku dalam hati. Tiba-tiba aku merasakan tangan kiriku
terasa hangat dan ternyata Aldi menggenggam erat tangan kiriku, aku menoleh dan
mata kita bertemu.
“Aku masih sayang sama kamu Bil, dari
dulu sampai sekarang rasa itu masih ada bahkan bertambah besar” kata Aldi
sambil menatap dalam kedua mataku dan mempererat genggaman tangannya
ditanganku. “Aku menyesal dulu udah pernah nglepasin kamu demi seorang perempuan yang bahkan jauh lebih buruk dari kamu, aku
sangat menyesal, dan selama 2th ini aku berusaha mencarimu kemana-mana tapi
sayang aku tidak pernah bisa menemukanmu sampai akhirnya kita dipertemukan lagi
direuni SMA kemarin. Aku sangat bersyukur dan senang bisa bertemu denganmu lagi”.
Ucapnya dengan mata berkaca-kaca.
“Kamu mau kan Bil kita mulai semuanya
dari awal?”
Deg. Aku tak bisa berkata-kata lagi.
Mulutku terbungkam. Aku menunduk dan menangis. Ya, kalimat itu telah
meruntuhkan benteng pertahanan yang telah aku buat selama 2th ini. Aku tidak
menjawab pertanyaan Aldi dan terus menangis. Aku terkejut ketika Aldi
memelukku. Hangat, aku sangat rindu pelukan hangat ini, sangat sangat rindu.
“Menangislah jika itu membuatmu lega”
ujarnya lirih tepat ditelingaku.
“Kamu jahat Al, kamu jahat” ujarku
serak sambil memukuli dadanya
Aldi hanya diam sambil terus mengusap
puncak kepalaku.
“Kamu jahat, kamu udah ninggalin aku
begitu aja demi perempuan itu bahkan kamu mengakhiri hubungan kita secara
sepihak, kamu gak tau kan gimana kacaunya aku dulu tanpa kamu? Kamu gak tau kan
kalau aku bahkan hampir melakukan tindakan yang bodoh? Dan tiba-tiba sekarang
kamu datang memintaku untuk kembali sama kamu, kamu jahat banget tau gak? Gak
semudah itu Al kamu memintaku untuk kembali sama kamu, aku emang masih sayang
sama kamu, bahkan aku masih sangat mencintaimu, tapi aku takut, aku takut kamu
membuatku seperti dulu lagi, aku takut kamu menghancurkanku lagi Al” ujarku
sambil terus menangis dan memukuli dadanya.
“Maaf Bil, maaf” ujar Aldi juga
sambil menangis. Ya Tuhan, aku baru pertama kali melihat dia menangis seperti
ini, bahkan selama 3th kita berpacaran aku belum pernah melihatnya menangis
seperti ini. Aldi melepas pelukannya dan dia menggenggam erat kedua tanganku
sambil menatap dalam kedua mataku.
“Aku minta maaf kalau aku udah buat
kamu hancur, asal kamu tau Bil, aku juga selama 2th ini hancur tanpa kamu, aku
gak bisa hidup tanpa kamu Bil, bahkan aku memutuskan untuk berhenti kuliah
karena aku gak bisa konsen ke kuliah, karena yang ada dipikiranku itu cuman
kamu, only you Bil” ujar Aldi dengan air mata yg terus mengalir.
Aku diam sambil menangis
sesenggukkan.
“Aku janji gak akan ninggalin kamu
lagi, aku janji gak akan ngeduain kamu lagi, aku janji gak akan buat kamu
hancur lagi, kamu percaya kan sama aku?” tanya Aldi sambil mentapku.
“Aku gak tau Al, aku bingung.” Aku
melihat kearah lain, tidak berani menatap matanya.
“Lihat aku Bil, look at me”
Aku menatap mata Aldi.
“Apa ada kebohongan dimataku? Apa ada
keraguan dimataku? Aku janji Bil, aku gak akan nyakitin kamu lagi, beri aku
kesempatan, kamu mau kan balikan lagi sama aku? Please, aku rapuh tanpamu Bila.”
“Maaf Al, aku gak bisa, aku udah
terlanjur kecewa sama kamu, lebih baik kita sahabatan saja”
“Tapi Bil..”
“Percayalah Al, jika kita jodoh pasti
kita akan bertemu lagi.”
Hening. Tidak ada suara diantara kita
berdua.
"Maaf al, aku harus pulang
sekarang, aku ada urusan” jawabku memecah keheningan.
“Aku antar pulang ya?”
“Eh gak usah aku bisa sendiri” ujarku
langsung pergi meninggalkan Aldi yang sedang berdiri mematung ditempatnya.
Aku tidak benar-benar pergi dari
tempat itu, aku bersembunyi dibalik sebuah pohon kelapa dekat tempat Aldi
berdiri sekarang. Mengintip dia yang sedang berdiri mematung dengan keadaan
yang sama seperti ketika aku meninggalkannya satu jam yang lalu.
“Maafin aku Al, aku emang masih sayang banget sama kamu tapi aku gak mau
kamu seenaknya hancurin aku dan dengan mudahnya memintaku kembali ke pelukanmu,
semoga kamu mendapatkan perempuan yang jauh lebih baik dariku”
***
4tahun
kemudian..
“Sayang, kamu kenapa sih melamun
terus daritadi? Lagi ada masalah ya?”
“Eh em gak kok Al, aku gak papa”
“Oh, yaudah, gimana ini konsep
pernikahan kita? Kamu mau indoor atau outdoor? Kamu mau secara adat atau
modern? Kamu..”
“Ssstt..Alvaro Maldini tunangannya
Bila Kinar Yuniar yang ganteng, baik, tidak sombong, kamu tenang aja ya sayang,
konsep pernikahan kita udah diatur sama Bunda, jadi kita tinggal terima beres
saja” ucapku memotong pembicaraan lelaki yang ada dihadapanku ini.
“Haha iya iya Bil, aku cuman mau yang
terbaik aja buat pernikahan kita nanti” ucapnya terseyum manis. Aku membalas
senyumannya.
***
Kala
senja telah hilang dan tenggelam..
Kala
hati telah terluka dan terbuai
Sekuat
mungkin ku akan membuktikan
Bahwa hati itu luas tak berbatas
Jika
senja pasti akan tergantikan fajar..
Semenjak kejadian dipantai beberapa
tahun yang lalu itu, memang aku dan Aldi lost contact. Aku sempat menyesali
keputusanku yang tidak menerima Aldi kembali, tapi seiring berjalannya waktu
aku mencoba untuk bangkit dan percaya jika Aldi jodohku pasti kita akan
dipertemukan kembali. Dan setelah sekitar satu setengah tahun kita lost contact
kita dipertemukan lagi dalam suatu acara antar kampus diseluruh Indonesia.
Mulai dari situlah kita berhubungan kembali,
awalnya kita memang hanya berteman biasa dan aku tidak ingin berharap
lebih dari Aldi, namun lama kelamaan Aldi jadi lebih perhatian dan menepati
janji yang diucapkan waktu dipantai beberapa tahun lalu sehingga rasa itu
kembali lagi, rasa cinta yang tumbuh kembali diantara kita berdua hingga sampai
akhirnya kita memutuskan untuk menikah.
Ini cerita cintaku apa cerita cintamu?
Hehe..
SELESAI